Resensi Novel Mahaguru
Ninda Kurniawati
Oktober 22, 2015
0 Comments
A. Identitas Novel
Judul :
Mahaguru
Penulis : Damien Dematra
Tanggal Terbit :
Maret - 2011
Jumlah Halaman : 351
Jenis Cover : Soft Cover
Teks Bahasa :
Indonesia dan Jawa
No ISBN :
978-979-22-6812-6
Kategori : Spiritualitas
B. Sinopsis
“Menyiarkan agama Islam
berarti memperbaiki manusia. Kalau manusia sudah baik, apalagi yang perlu
diperbaiki? Berjihad adalah menghadapi kesukaran dan melakukan pengorbanan. Ini
telah dicontohkan Nabi dalam perjuangan beliau.” Ucapan
Kiai Asy’ari itu telah membuka pintu restu bagi Hasyim untuk membuka pesantren
di Tebuireng yang ketika itu masih berupa daerah penuh kekelaman. Sebuah tempat
yang telah terlalu lama tak tersentuh cahaya. Hasyim membawa cahaya itu. Terang
yang menyentuh jiwa- jiwa terluka di desa itu. Dengan
kepribadiannya yang tenang, halus, namun tegar, Hasyim memperkenalkan wajah
Islam yang damai dan mencerahkan. Ia berhasil mendirikan sebuah pesantren yang
kelak menjadi cikal bakal sebuah perkumpulan umat Islam yang menjunjung spirit
Ahlussunnah wal Jamaah.
Novel biografi ini berhasil
mengungkap sosok Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama sebagai pribadi yang
manusiawi. Ia memiliki kesedihan, ketakutan, sekaligus semangat yang berapi-api
dalam mencintai Allah dan agamanya. Membaca kisahnya, kita akan diajak untuk
mengalami kekuatan iman dalam menghadapi segala situasi dan
cobaan.
Dalam novel ini, pembaca bisa menyelami bahwa
dalam hidup, manusia tak membutuhkan banyak hal. Cukup mengikuti dan
memercayakan semuanya pada Allah, dan semua kesulitan serta perjuangan yang
dijalani, akan mencapai tujuan kebaikan tidak hanya untuk diri sendiri tapi
juga sesama.
- Ceritanya benar-benar buat renungan kita, akan memperjuangkan Agama Islam
- Tokoh utama yaitu Hasyim, adalah tokoh terkenal, membuat pembaca penasaran siapa sosok Hasyim.
- Cover yang menarik, yang dimana tokoh utama (Hasyim) seperti berjalan menuju cahaya
- Judul Novel membuat penasaran, apa maksud dari Mahaguru
- Tokoh, alur cerita, Latar dijelaskan dengan baik
- Ada beberapa dialog memakai bahasa Jawa, namun tidak ada catatan kaki, sehinga untuk pembaca tidak mengerti artinya
- Banyak bahasa yang digunakan basa-basi, yang hanya untuk memperbanyak alur cerita/mempertebal halaman